MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PRODUK
SARDEN PT MAYA FOOD INDUSTRIES
Disusun Oleh
NAMA :
NIA INDAH FARADILLA
NPM :
24417483
KELAS :
2IC03
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Meningkatnya
jumlah industri besar di Pekalongan mengakibatkan kemajuanperekonomian
masyarakat di kota tersebut. Beberapa industri besar tersebut bergerak dibidang
perikanan. Jumlah industri besar di Pekalongan mengakibatkan volume
pencemaran air semakin besar seperti sungai Sragi, Sengkarang,Pekalongan dan
Meduni. Meningkatnya pencemaran perairan disebabkan karena sebagian besar unit
usaha perikanan di kota Pekalongan langsung membuang sisa produk perikanan ke
badan air terdekat. Industri tersebut hanya sebagian kecil yang memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi konsentrasi bahan
pencemar berbahaya sebelum dibuang ke badan air. Bahan pencemar berbahaya yang
meningkat di perairan, akan membuat banyak masalah seperti rusaknya ekosistem
perairan sungai, punahnya beberapa spesies ikan ekonomi di perairan sungai,
serta minimnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat kota
Pekalongan.
Instalasi
pengolahan air limbah merupakan kegiatan operasional yang tersusun secara
sistematis dalam beberapa tahapan untuk melakukan pemurnian limbah cair sebelum
dibuang ke badan air setempat. Pemurnian air bertujuan untuk memisahkan padatan
yang tersuspensi dalam air limbah industri. Padatan tersebut harus dipisahkan karena
mengandung bahan organik yang memerlukan waktu lama untuk diuraikan. Selain
itu, terdapat beberapa bahan anorganik yang dalam jumlah banyak akan bersifat
toksik pada lingkungan perairan seperti ammonia, sulfat, fosfor,
karbondioksida. Pada umumnya, pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan
metode fisika, kimia dan biologi. Metode fisika, dapat dilakukan dengan teknik
filtrasi atau pengendapan untuk memisahkan antara padatan dan cairan pada air
limbah. Metode biologi, umumnya menggunakan proses anaerob atau proses aerob
untuk meningkatkan aktifitas bakteri pembusuk yang akan menguraikan bahan
organik menjadi bahan anorganik. Metode kimia dilakukan dengan pemberian
oksigen atau bahan kimia seperti ferosulfat atau tawas.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sangat menguntungkan bagi pihak
perusahaan dan masyarakat sekitar tidak merasa dirugikan. Pencemaran perairan
dapat dihindari sehingga ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat
tetap terjaga dengan baik. Disamping itu, perusahaan pengolahan ikan juga
mendapatkan keuntungan, karena limbah ikan dapat dimanfaatkan menjadi produk
baru yang dapat dipasarkan ke masyarakat sekitar, seperti tepung ikan atau
minyak ikan.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan
Pengolahan Limbah
Menurut Ginting
(1992), limbah merupakan buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Jenis limbah ada beberapa macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya dan
sifat berbahaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan limbah yang
mempunyai tujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan
dan fungsi kualitas lingkungan. Total limbah yang dihasilkan oleh PT Maya Food
Industries Pekalongan berasal dari limbah ekonomis dan limbah non-ekonomis.
Limbah ekonomis merupakan buangan yang masih dapat digunakan kembali seperti
sisa potongan ikan. Sedangkan limbah non-ekonomis merupakan limbah yang tidak dapat
digunakan kembali. Limbah non-ekonomis ditimbulkan dari kegiatan
non-produksi seperti laboratorium, sanitasi, kamar mandi, dapur,
kantor, pertamanan.
Sarana
Pengolahan Air Limbah
1.
Gedung
Sarana gedung
meliputi ruang staf, ruang generator dan ruang penyimpananperalatan. Ruang staf
berjumlah tiga ruangan, yang berfungsi sebagai tempatpengawasan proses IPAL dan
tempat istrahat bagi pekerja. Ruangan staf tersebardi tiga lokasi yaitu, bagian
depan pabrik, di sebelah kiri ruang generator dan dilokasi IPAL tersebut. Ruang
generator terletak di bagian depan area IPAL,sedangkan ruang peralatan yang
berjumlah satu buah terletak di sebelah kananruangan staf.
2.
Bak
Instalasi Pengolahan Air Limbah
PT Maya Food
Industries Pekalongan, menggunakan bak beton sebagaisarana penampungan dan
proses penjernihan air limbah industri. Hal tersebutdisebabkan letak geografis
PT Maya Food Industries yang berada di daerah tepi
3.
Proses
Pengolahan limbah cair
a.
Pretreatment
Pengolahan tahap pertama
bertujuan untuk mengurangi jumlah padatantersuspensi melalui proses penyaringan
dan pengendapan sedimentation). Proses tersebut akan menurunkan kebutuhan
oksigen untuk menguraikan bahan organik. Limbah cair yang berasal dari seluruh
devisi akan di alirkan menuju bak penampungan limbah cair pertama. Selanjutnya,
air limbah akan dipompa menujubak penampungan kedua. Ketika proses
pemindahan berlangsung, limbah cairakan melewati alat penyaring (screener)
sebelum mencapai bak kedua.
b.
Screener
Berfungsi untuk mengurangi
jumlah padatan yang berukuran > 1,5 mm. Bilakotoran pada alat screener telah
menumpuk, maka petugas IPAL akanmembersihkannya secara manual. Limbah cair dari
tempat penampungan keduaakan di pompa menuju bak pengendapan. Pada proses
pengendapan tersebut, tidakdiberi zat kimia tambahan untuk membantu proses
penggumpalan bahan organikterlarut. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
sedimen sekitar enam jam.Limbah yang tidak menggumpal akan dipompa menuju bak
ekualisasi.
c.
Proses
Ekualisasi (equalitation)
Ekualisasi bertujuan untuk
menghomogenkan limbah cair agar tidakterjadi pengendapan serta menampung limbah
cair. Dalam homogenisasi limbahcair agar tidak terbentuk endapan didasar kolam
digunakan mixer yang terdapatdalam bak. Sirkulasi air dari bak ekualisasi
menuju bak treatment berikutnya menggunakan submerble pump atau pompa
celup (36 m3/jam). Pengeluaran airdari bak ekualisasi
dijaga konstan selama 24 jam agar pasokan air limbah pada bak treatment selanjutnya
terpenuhi. Proses tersebut dilakukan dengan cara pemompaan ke kolam selanjutnya
demi menjaga volume pasokan yang masukpada proses treatment sebelum kontak
dengan sistem lumpur aktif.
d.
Proses
Anaerobik
Pada tahap ini
terjadi proses penguraian bahan organik secara anaerobic dalam suatu wadah
beton. Pemecahan bahan-bahan organik pada limbah cair dilakukan oleh bakteri
dalam keadaan tanpa oksigen pada kolam. Menurut Helard(2006), jenis bakteri
yang sering digunakan pada proses anaerobik yaitu Desulfomaculum sp, Clostridium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus sp.
Bahan organik akan terdegradasi dalam waktu tiga hari. Keaktifan bakteri
anaerob dalam treatment ditandai dengan bau air limbah yang tidak amis,
keluarnya gelembung udara dari dasar kolam sebagai hasil respirasi anaerob
bakteri. Apabila bakteri mengalami koleps maka akan terjadi bau yang menyengat
serta munculnya endapan hitam ke permukaan air. Bau menyengat tersebut timbul
karena bahan organik yang tidak diuraikan oleh mikoorganisme dalam bak anaerob.
Hasil yang diharapkan pada proses ini adalah air limbah dengan nilai amoniak
kurang dari 5mg/L sesuai dengan Perda Jateng (2012).
e.
Proses
Aerobik
Pada tahap ini, mengacu pada
penghapusan polutan organik dalam air limbah sehingga akan terjadi aktivitas
aerobik yaitu pemecahan bahan-bahan organik pada limbah cair oleh bakteri yang
memerlukan oksigen. Menurut Sutoro dalam Zahidah (2013), bakteri aerobik yang
umum digunakan adalah Aerobactersp, Nicrobacter sp, Nitrosomonas sp,
Saccaromeces C, Bacillus sp. Pada bakaerob akan terbentuk seperti lumpur di
permukaan kolam. Hal tersebut terjadi karena bakteri bersifat aerob yang
membutuhkan oksigen sehingga bakteri beraktifitas di permukaan untuk mengambil
oksigen. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan udara yang dihasilkan oleh aerator
ke dalam pipa yang teradapat pada bak aerobik sehingga mikroorganisme dapat bekerja
optimal dalam menguraibahan organik pada air limbah.
f.
Pengendapan
(settling)
Settling merupakan proses
mengendapnya zat yang lebih berat di dalamzat ringan, misal air dalam minyak.
Pada tahap ini terjadi pemisahan antara partkel padat dan partikel cair. Hasil
dari proses pengendapan (settling) dialirkan ke thickener untuk mengurangi
volume lumpur sekaligus yang larut dalam limbahcair.
g.
Thickener
Merupakan tempat penampungan
lumpur hasil settling. Sedangkan tempat untuk menampung lumpur pada proses pretreatment
ditempatkan pada tempat yaitu sludge drying bed. Menurut Sugiharto (1987), thickener
digunakan untuk menghasilkan hasil buangan yang jernih sebelum dibuang ke badan
air.
h.
Pembuangan
Akhir
Advanted wetland adalah
suatu lahan yang dipenuhi air untuk mendukung pertumbuhan tanaman air (Arthono,
2000). Pada tahap ini setelah proses settling selesai, air tanpa lumpur hasil settling
akan dialirkan ke area advanted wetland. Pada advanted
wetland terdapat berbagai jenis tanaman yang ditumbuh
kandengan media kerikil, setiap tanaman memiliki tugas menyerap zat-zat
tertentu. Tanaman tersebut berfungsi sebagai penyaring dan menyerap zat
anorganik yangterdapat dalam air limbah. Tanaman yang digunakan antara lain
tanaman melatiair, rumput gajah, reed, lidah mertua. Pada tahap ini terdapat
proses tambahanberupa bak aerasi yang digunakan untuk menurunkan kadar amoniak
yang masihtinggi. Air hasil advanted wetland ini akan dilepas ke sungai.PT
Maya Food Industries Pekalongan melakukan pengecekan mutu airlimbah yang di
lepas ke badan air setiap bulan. Pengecekan tersebut dilakukan oleh pemerintah
BPPI (Badan Pemerintah dan Pengembangan Industri). Setelah pengecekan selesai
dilakukan dan data laporan sudah dibuat, data laporan akan dikirim ke Dinas
Lingkungan Hidup kota Pekalongan, Dinas Lingkungan Hidup provinsi Jawa Tengah
serta Kementrian Lingkungan Hidup Jakarta. Dari hasil uji kualitas air buangan
yang dilakukan, PT Maya Food Industries merupakan perusahaan yang telah
melakukan pengolahan limbah dengan baik. Dari data yang dilaporkan,
tingkat pencemaran air sangat rendah dan memenuhi standart baku mutu yang
ditetapkan oleh peraturan pemerintah tentang limbah industry perikanan.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/16555298/pengolahan_limbah_cair_di_PT_Maya_Food_Industries